Placed in Bandung April 3rd 2014_12.00 WIB-02.00 WIB
Kemarin setelah
menikmati kebersamaan dengan teman-teman menuju Bandung untuk mengunjungi
seorang kakak terkasih dan sahabat tercinta, Kak Ajron dan Nabiela, semua
terasa lebih dekat. Kebersamaan, canda, tawa, capek bersama yang kami rasakan
(Sandi yang duduk di kursi sopir, Dody yang duduk di sebelahnya, Mirfa, Anita
dan Silpa yang mengisi bangku tengah, madam, Apri, dan aku yang menyandarkan
diri kami pada bangku paling belakang). Perjalanan mengalir begitu saja dari
Bogor sekitar pukul 12 siang dari depan BNI Darmaga.
Singkat cerita waktu maghrib
sampai di rumah Bila. Kami bercerita,
berbincang, dan berbagi dengan sahabat tersayang mengenai kronologi dan
peristiwa qadar Allah untuk almarhum ayah Bila. Semuanya mengalir begitu saja,
banyak hikmah yang aku petik secara tersirat namun itu begitu jelas.
Tegar adalah ungkapan
perasaan yang menggambarkan rona ekspresi sahabatku ini dengan ibu serta
keluarganya. Sungguh Allah luar biasa yang menguatkan mereka. Doa terbaik
selalu terhatur untuk almarhum ayah Bila, dan Bila sekeluarga. Semoga kamu
menjadi sosok anak yang makin berbakti pada orang tua, makin menjadi sosok
kakak yang kuat, dan menjadi perempuan yang makin begitu peka dan tegar. Amiiiin.
Perjalanan berlanjut
ke rumah sosok kakak kelas yang begitu baik, aku mengaguminya dari caranya yang
sopan menuturkan setiap kata dari ucapannya. Dia sudah aku anggap selayaknya
kakak sendiri. Dia layaknya keluarga. Banyak hikmah pula yang dapat dipetik
dari kisah yang ia bagikan untuk kami. Kisah menginspirasi tersendiri bagiku
untuk senantiasa tabah dan ikhlas dalam menghadapi masalah dan cobaan. Berusaha
mengatasi sendiri dan meredam gejolak yang tengah melanda psikis dan nurani.
Iya, dia menuturkan kisah ayahnya yang telah menyadari bahwa hidup adalah
titipan Allah dan suatu saat Allah akan mengambil kembali titipan itu.
Siap menghadapi yang
namanya ajal adalah perkara yang begitu membutuhkan energi ekstra. Namun, dari
kisah kak Ajron dalam mendeskripsikan cara ayahnya yang telah berusaha
merampungkan segala urusan dunia, menetralisir kehidupan beliau dari urusan
dunia, dan yang terakhir telah mengurus surat-surat berharga untuk keluarga
seperti wasiat. Salah satunya, kakak harus dapat menjadi seorang imam bagi ibu
dan keluarganya dalam segala aspek. Aku menangkap maknanya, bahwa hidup hanya
sementara dan titipan Allah, dan sewaktu-waktu tanpa ada seorang umatpun yang
mengetahui kapan pasti datangnya. Namun, hal terpenting adalah berproses
menjadi seorang muslim yang senantiasa membulatkan utuh rasa cinta kepada Allah
dalam kalbu dan bertindak dalam realisasi ibadah hanya karena Allah (lillah).
Bismillahirrohmanirrohim, mari menundukkan hati dan pikiran dalam kerinduan
akan surga Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar