September, 30th 2014 22.18 WIB
Aku hanya ingin bercerita sejenak dan melepaskan semua yang tersimpan dalam lubuk terdalam. Aku ingin menuliskan apa yang sedang terlukis dalam benak dan yang terpendam dalam sanubari. Aku bercerita tentang perbedaan. Perbedaan usia yang dikatakan cukup jauh, 6 tahun sebagai saudara. Aku dan kamu yang sampai detik ini belum diketahui wujud rupa lagi, gerik tawa lagi, dan sikap lagi. Aku dan kamu yang terlahir dalam satu darah. Aku bersyukur menjadi bagian dalam kehidupanmu. Aku bahagia. Bahagia yang hakiki menurut pendapatku lebih kepada menghargai sebuah kata senang, sedih, canda, dan tawa, bukan hanya senang seutuhnya.
Pelajaran berharga begitu banyak aku dapatkan darimu. Mohon maafkan aku untuk segala khilafku yang entah saat ini aku pernah mengucapnya kepadamu atau belum. Lirih, sedu linangan air yang membasahi pipi tak terelakkan lagi. Aku tengah berpikir dan merasakan bahwa harapan kembalimu masih ada. Aku merasa bahwa kehidupan lebih baik untukmu akan terwujud kelak nanti. Sebuah asa dan lantunan doa akan selalu aku, ayah, dan ibu panjatkan untukmu di setiap helaan napas kami. Keluarga semua begitu merindukan keberadaanmu ada kembali bersama kami.
Detak nadi dan aliran darah terus mewaranai kehidupan ini. Sejuta harapan itu terus aku lantunkan dan aku senaraikan dalam alam bawah sadarku. Mengingat, menyimpan, dan merasukkan semuanya ke dalam naluri. Semoga naluri ini benar. Bahwa engkau yang entah sekarang tak tahu aku-pun diam-mu yang mengisyaratkan banyak makna itu sedang berada di mana, ingatlah bahwa asa untuk mu kembali tak pernah padam. Semoga Allah menjaga-mu dan melindungi-mu dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun kondisinya. Harapan, doa, dan tulus kasih kami terus mengalir hingga nanti. Semoga Allah mendekatkanmu dengan orang yang senantiasa mengingat Allah. Amin.
deliriously, can be met again with you brother, permitted by God, deliriuosly
Tidak ada komentar:
Posting Komentar