Sabtu,
29 Juni 2013-Monas (Jakarta). Pengen nulis dengan bahasa santai kali ini.
Sesantai suasana hari ini, soalnya akhir pekan (maaf kalau rada nggak
nyambung). Diawali dengan berkumpul di landasan penerbangan kebanggaan mahasiswa/i
IPB di Dramaga, apalagi kalau bukan BNI. Kami dari panitia MPF 49 mengadakan
danus bareng (danbar) ke Jakarta tepatnya di Monas. Sekitar pukul 05.30 WIB,
panitia berkumpul di depan BNI. Sebelum berangkat, kami berdiskusi sebentar dan
breafing sebentar demi kelancaran
danbar. Sungguh pengalaman yang mengesankan buat saya danbar kali ini. Karena
ini adalah moment cari dana plus jalan-jalan. Pengalaman pertama sih ini dateng
ke Monas (dibilang katrok, ndeso biarlah ya, nggak apa-apa, jujur dari hati :D). Awalnya sempat ragu-ragu,
bisa nggak ya ini dagangan habis? Tapi, dengan tekad yang kuat serta keyakinan
kuat, pasti laku dan habis. Keyakinan adalah awal segalanya.
Pukul 07.00 lewat, kami sampai di stasiun Bogor. Meski belum full panitia yang ikut, namun kekuatan harus tetap dibangun. Dengan digawangi Dio, sang ketua MPF rasanya ada perlindungan tersendiri. Ada Ari, kadiv sponsorship juga yang terus bersemangat. Tak lupa teman-teman yang sungguh luar biasa semangatnya hari ini untuk berdanus bersama, Nunung, Nafi, Dini, saya, Yuli (Mpok Jul sapaan akrabnya) dan Tasya. Mpok Jul menyusul berangkat ke stasiun Bogor dan menyusul bersama Dini ke Monas. Sedangkan Tasya berangkat dari Jakarta menuju Monas.
Pukul 07.00 lewat, kami sampai di stasiun Bogor. Meski belum full panitia yang ikut, namun kekuatan harus tetap dibangun. Dengan digawangi Dio, sang ketua MPF rasanya ada perlindungan tersendiri. Ada Ari, kadiv sponsorship juga yang terus bersemangat. Tak lupa teman-teman yang sungguh luar biasa semangatnya hari ini untuk berdanus bersama, Nunung, Nafi, Dini, saya, Yuli (Mpok Jul sapaan akrabnya) dan Tasya. Mpok Jul menyusul berangkat ke stasiun Bogor dan menyusul bersama Dini ke Monas. Sedangkan Tasya berangkat dari Jakarta menuju Monas.
Sekitar
pukul 08.00 WIB kami melaju ke Jakarta (turun stasiun Juanda) dengan KRL (commuter line). Perjalanan selama di
kereta memakan waktu 1 jam-an. Sungguh pengalaman yang mengasyikan hari ini.
Meski sebenarnya uang pas-pasan untuk ke Jakarta (maklum akhir bulan, hehe)
namun tidak menyurutkan semangat ini untuk berangkat. Sebab, kebersamaan itu
indah dan menjadi kekuatan yang membangkitkan. Akhirnya, sampai di Ibu Kota
Metropolitan, Jakarta Pusat tepatnya di Monas. Ramai lalu lalang pengunjung
hari itu. Terik sinar matahari yang mulai keluar dari peraduannya terus memacu
semangat kami untuk melakukan danbar secara maksimal. Istirahat sejenak
beralaskan rumput memang melegakan. Kami berbincang sejenak mengenai pembagian
kelompok dan strategi promosi. Diputuskan dibagi tugas untuk keliling, saya
& Dio, Ari & Tasya, Nunung & Nafi. Kami langsung siap meluncur
mencari pengunjung yang siap kami tawari.
Pertama-tama, saya & Dio berjalan menyusuri jalan menuju tugu Monas sambil terus menyuarakan kata-kata promosi. Banyak tolakan dari pengunjung. Namun, tak menyurutkan semangat kami untuk terus menjajakan danusan. Kata ditolak itu udah lumrah. Harus kebal. Akhirnya, tanpa disangka ada ibu yang memanggil kami & menanyakan apa yang kami bawa. Dengan sigap kami langsung menjelaskan & merayu-rayu ala mahasiswa berjualan, hehe. Ibu dengan ditemani putri kecilnya yang lucu tersebut berniat membeli keripik pisang rasa original, namun karena tidak ada yang harganya 10 ribu pupuslah harapan untuk terjual. Namun, rezeki nggak akan kemana. Kami, terus berjalan sambil terus menggumamkan kata-kata promosi dagangan. Jadi, kayak sales ne ye ...
Kami
memutuskan untuk kembali ke pembeli pertama dengan menjual keripik pisang
original tersebut seharga 10 ribu. Kata Dio, nggak apa-apalah buat pembeli
pertama, untung dikit yang penting laku. Langsung deh dikasihin ke ibunya, dan
saat ditawari 12 ribu ya ibu, eh ibunya nambahin 2 ribu. Subhanallah baik bener
ne ibu. Semoga berkah ya ibu rezekinya. Doa itu kami berikan pada ibu yang
menjadi pembeli pertama dagangan kami. Rasanya seneng nggak karuan akhirnya ada
satu yang terjual. Perjalanan ini terus kami lanjutkan. Dan berhenti pada
pembeli kedua, yang tak lain tak bukan adalah pengunjung dari daerah asal saya
Kediri. Rasanya seneng bukan main ketemu orang sedaerah, lalu Bapak tersebut
membeli 2 bronco seharga 80 ribu. Subhanallah, bersyukur sekali akhirnya laku
lagi.
Banyak sekali pengalaman yang kami dapatkan hari ini. Secara tak langsung kami menerapkan ilmu marketing dengan berjualan. Mpok Jul & Dini akhirnya datang dan membantu kami. Mereka juga sangat semangat untuk danus, hingga laku banyak dagangannya. Neneng, Nafi, Tasya & Ari juga terus berjuang mencari uang, hehe kayak apa aja ne. Tapi, sumpah seru abis danbar kali ini. Sampai si Dio ketemu orang sedaerahnya dari Sulawesi dan dikasih uang saku 20 ribu. Niatnya sih promosi boneka mus-mus, eh malah dapet rezeki nomplok, hehe. Lalu, disumbangin deh ke kas danus. Keren ne si Bapak Ketu yang berhati mulia. Intinya danbar buat acara MPF ini telah mengajarkan arti “susah lho cari duit”. Lalu, melatih mental untuk berani berbicara, nggak malu, pantang menyerah, & strategi marketing yang baik. Seru dan menyenangkan hari ini, pengalaman cari duit yang akan selalu terkenang. Uang yang terkumpul hari ini lumayan banget bisa ngenutup modal. Alhamdulillah, semoga berkah buat acara MPF. Semangat ya buat panitia MPF semuanya. Semoga acara MPF kali ini lebih dahsyat lagi. Amin
Nb
: MPF singkatan dari Masa Perkenalan Fakultas, danus (dana usaha)
Minggu,
30 Juni 2013-Monas, Jakarta. Petualangan kedua dimulai. Niatnya sih cari dana
usaha buat kegiatan MPF. Tapi, perjalanan hari ini memberikan kesan mendalam.
Kayak tamasya aja jadinya, hehe. Mau tahu kisahnya? Silahkan dilanjutkan
membaca. Diawali dengan berkumpul di landasan kebanggaan IPB, apalagi kalau bukan
BNI. Sempat membuat salah satu panitia dari kami yang kecewa karena ngaretnya
keberangkatan kami ke stasiun Bogor. Haduh, jadi ngerasa bersalah banget,
karena termasuk daftar jajaran panitia yang ngaret. Tapi, lain kali kita akan
coba on time ya kawan. Maaf sekali
kalau sudah sempat mengecewakan. Semoga niat kita untuk danus bareng pagi ini
diberkahi Allah. Amin.
Sekitar pukul 07.00 WIB, Dimas, Eko, Indah, Trisya, Elis, Dian, dan saya melaju ke stasiun Bogor dengan mobil kebanggaan mahasiswa, angkot. Nanti akan ada 3 teman kita yang menyusul. Mereka adalah Hernaldi yang menyusul ke stasiun Bogor. Risti dan Miranti yang langsung ke TKP di Monas. Seneng akhirnya ada bala bantuan. Awalnya sempat pada jaim karena ada beberapa dari kami yang baru kenal. Tapi, tidak menyurutkan semangat kami untuk terus bisa mencairkan suasana. Anak FEMA harus bisa adaptasi dong, wajib dan kudu bisa. Ketika sampai di stasiun Bogor, rombongan panitia yang naik angkot langsung berangkat dengan KRL (commuter line). Tapi, kami juga terus menghubungi Hernaldi, dan 2 teman kami lainnya agar dapat bertemu di Monas nanti. Sejam perjalanan memang mengasyikan, kami bercanda tawa di KRL dan bercerita beragam topik. Lucunya hingga memperbincangkan mengenai bahan bakar pesawat terbang itu apa.
Tiba di Monas sudah lumayan terik. Kali ini personil kami lengkap semua, ada Hernaldi, dan dua tambahan teman lagi. Kami memutuskan untuk membagi kelompok. Kami semua berpencar dan mulai menawarkan produk yang kami bawa. Memang semangat entrepreneur dapat dimulai dengan langsung menjemput bola yakni menawarkan langsung kepada calon pembeli. Suka duka kami semua rasakan. Banyak penolakan itu hal yang wajar. Tapi, saat ada yang berminat membeli sungguh bahagia rasanya.
Terik matahari semakin menyengat. Peluh kami semakin bercucuran ditemani teriknya siang. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan berkumpul pada satu spot. Di sini lah kami berdiskusi dan berbincang mengenai pengalaman selama berkeliling menawarkan produk. Banyak argumen yang kami ceritakan. Ada yang laku semua, ada juga yang masih belum terjual. Dua rekan kami, Indah dan Dimas ternyata bertemu dengan orang yang sungguh baik. Para pembeli tersebut ternyata adalah para petinggi suatu kelembagaan di Jakarta. Kata Indah, bapak tersebut mau membeli lagi barang dari kita yang unik-unik, seperti bronco, mus-mus, dan mie jagung. Akhirnya kami langsung meluncur ke TKP, dan menawarkan barang yang belum terjual. Alhasil, bapak-bapak yang berhati baik itu memborong produk kami.
Sungguh
berkah kesabaran. Akhirnya kami semua bisa pulang ke Bogor dengan hati riang
dan lega karena barang akhirnya laku. Kami menyempatkan sholat di masjid
Istiqlal. Lalu, pulang ke Bogor dengan KRL. Perjalanan yang penuh kesan.
Semangat ya untuk semua panitia MPF Fema 49. Sukses milik kita bersama. :)
Untuk sejenak melepaskan lelah, kami numpang narsis sebentar , hehe
Untuk sejenak melepaskan lelah, kami numpang narsis sebentar , hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar